Surimi adalah daging ikan yang sudah
dipisahkan dari sisik tulang dan kepala serta ampas lainnya. .Jenis surimi
dapat dibedakan menurut jenis ikan yang menjadi bahan bakunya. Sebagai contoh
kinmedai berasal dari ikan merah, hayeni berasal dari kurisi dan ikan pasir,
guchi berasal dari gulamah, shood berasal dari kan beliak mata, eso berasal
dari ikan pisang. himeji berasal dari biji nangka dan campuran berasal dari
beberapa jenis ikan. Surimi merupakan bahan baku untuk pengolahan produk
perikanan selanjutnya.
Surimi
Cara
Pembuatan
1.
Ikan yang akan diolah menjadi surimi dapat berasal dari berbagai
sumber, langkah awal yang harus dilakukan adalah membersihkan ikan dengan air
dan es agar kotoran yang menempel dapat dipisahkan dari tubuh ikan (Gambar 1). Penggunaan
es dimaksudkan agar protein yang terkandung di tubuh ikan tidak rusak. Setelah
memotong kepalanya, badan ikan ditimbang untuk mengetahui berat bersih
bahan baku ini. Daging ikan yang sudah ditimbang tersebut dimasukkan
ke dalam wadah untuk disimpan sementara di dalam ruang penyimpanan bersuhu
-7°C sebelum ditangani oleh bagian produksi, Pembekuan ini dimaksudkan agar
kualitas ikan yang diolah adalah baik.
2.
Ikan yang disimpan tadi kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
mesin yang disebut separator. Alat ini bertujuan menghancur-leburkan badan ikan
(yang sudah tanpa kepala) sehingga akan terjadi pemisahan daging, kulit, sisik
dan tulang ikan. Mesin tersebut memiliki tabung berlubang tempat ikan dan karet
yang memungkinkan terjadinya pemisahan daging dari kulit, sisik dan tulang.
3.
Daging yang sudah terpisah tersebut dialirkan ke mesin pencucian
A untuk memisahkan ampas yang menempel dari daging ikan. Daging ikan dicuci
dengan air bersuhu 5°C sebanyak volume daging ikan. Campuran ini kemudian
diaduk merata oleh mesin sehingga permukaan air menyentuh bibir tong. Ketika
propeler dimatikan, daging ikan tidak mengendap dan aimya dibuang. Daging ikan
yang tersisa tadi kemudian dimasukan ke dalamrotary screen A untuk
mengurangi kadar air di dalam bahan baku daging ikan.
4.
Tahap selanjutnya adalah pencucian kedua di dalam (teaching
tank) yang bertujuan membantu pada saat proses pengurangan kadar air. Cara
kerjanya: hampir sama dengan mesin pencuci A hanya saja frekwensi putarannya
lebih tinggi, yaitu 2 atau 3 kali lebih banyak atau sesuai kebutuhan, dengan
menambahkan air garam
5.
Daging ikan dari pencucian kedua kemudian ditampung dalam big
tank yang berfungsi sebagai penampungan terakhir untuk daging ikan
yang telah hancur lebur tadi. Jika sudah berbentuk seperti bubur, daging ikan
ini dapat dianggap sebagai bahan baku sudah bersih.
6.
Bubur dalam big tank tersebut selanjutnya
dimasukkan kedalam rotary screen B agar kadar air berkurang,
seperti yang dilakukan oleh rotary screen A. Selanjutnya,
untuk memisahkan daging ikan dan sisa ampas yang di dalamnya, buburdaging ikan
kemudian disaring oleb dinding refiner (Gambar 2) yang merupakan selimut dan
tabung silinder sehingga daging keluar melalui lubang pen sementara sisa ampas
akan keluar melalui ujung tabung yang lain dalamnya, bubur daging ikan kemudian
disaring oleb dinding refiner (Gambar 2) yang merupakan selimut dan tabung
silinder sehingga daging keluar melalui lubang pen sementara sisa
ampas akan keluar melalui ujung tabung yang lain.
7.
Untuk mengurangi kandungan air pada bubur daging tersebut,
sebuah mesin (disebut screw press) dioperasikan untuk menekan (press)
bubur daging. Alat pengontrol dioperasikan untuk menghasilkan daging dengan
kadar air sebanyak 76-77%. Setelah penekanan ini akan dihasilkan
gumpalan-gumpalan daging yang siap digiling menjadi surimi. Penggilingan
tersebut dilakukan oleh mesin (mixing machine). Satu kali penggilingan
akan menghasilkan sekitar 100 kg daging (Gambar 3). Untuk menghasilkan prothik
yang bagus dan tahan lama maka dalam proses ini ditambahkan sedikit bahan lain
yaitu gula sebagai perasa. tirofosfat sebagai penyegar dan polifosfat yang
berfungsi ganda, termasuk pengawetan. Penggunaan bahan-bahan lain bahan ini
harus sesuai dengan dosis yang dibolehkan, Untuk memastikan diperoleh kualitas
yang diinginkan, sejumlah sampel surimi diambil untuk diperiksa di
laborotarium, khususnya untuk mengetahui kadar air dan kadar kekuatan daging.
8.
Surimi tersebut kemudian dicetak dengan mesin yang disebut
filling machine. Daging yang digiling selama 2 menut (surimi) lain dimasukkan
ke dalam mesin pencetak yang memiliki ulir berfungsi mendorong daging ke arah
cetakan yang berbentuk persegi empat. Di ujung cetakan tersebut ditaruh kantong
plastik berlabel sesuai dengan jenis surimi yang diharapkan. Plastik tersebut
kemudian diletakkan ke dalam piring cetakan berkapasitas 10 kg. Setelah
dicetak, surimi yang ada di dalam kantong plastik tersebut diratakan secara
manual sehingga akan dihasilkan produk kepingan surimi yang rata. Hal ini juga
berguna untuk penataan pada saat disimpan di dalam mesin pembeku freezer
machine.
9.
Kepingan surimi disusun di atas piring cetakan yang terdapat di
dalam frezeer (Gambar 4) Dalam satu freezer terdapat 10 keping
piring yang tersusun, masing-masing dapat memuat 8 keping surimi. Tumpukan
kepingan surimi tersebut kemudian ditekan dengan pompa agar selama proses
pembekuan tidak terjadi perubahan bentuk surimi. Suhu yang diatur hingga
tercapai -40°C, sesuai dengan titik beku maksimal untuk surimi. Pembekuan ini
berlangsung selama sekitar 2 jam. Setelah itu, surimi diangkat dan dimasukkan
ke dalam fellet yang terbuat darii besi untuk persiapan pengemasan.
10.
Pengemasan dilakukan dengan mesin pengemas. Surimi dimasukan ke
dalam kotak sesuai dengan jenis dan gradenya, kemudian diletakkan di atas sabuk
berjalan (canveyor belt) yang membawa kotak menuju pegawai yang akan
memasukkan ke dalam kotak, mengikat dan memberi label sesuai dengan jenis dan
kualitasnya; satu kotak berisi sekitar 20 kg surimi Kemudian di taruh difellet
tadi untuk siap di angkut ke ruang penyimpanan (cold storage) bersuhu
-18°C. Surimi disimpan hingga akan dikirim atau diekspor
Pencucian Bahan surimi
Sumber: Dit PMP, DKP
Kontak: 1) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, 2) PT Laut Sumber Utama, Kuala Tungkal, Propinsi Jambi
Kontak: 1) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, 2) PT Laut Sumber Utama, Kuala Tungkal, Propinsi Jambi
Sektor perikanan merupakan sektor
penting dalam perekonomian nasional, sebagai penyedia lapangan pekerjaaan, sumber
pendapatan hewani dan sumber devisa negara yakni. Potensi perikanan yang cukup
besar yakni sebesar 6,26 juta ton, baru dimanfaatkan sekitar 75 % berasal
tangkapan laut dan pemanfaatan ikan by catch atau hasil tangkapan samping (HTS)
yang masih rendah mendorong para ahli di bidang perikanan mencari peluang
dengan mengoptimatkan pemanfaatan produksi tangkapan hasil laut dari ikan non
ekonomis, maupun HTS serta sisa olahan industri perikanan seperti tetelan
daging Tuna/Marlin menjadi suatu produk yang mempunyai nilai tambah seperti
surimi, yang merupakan bahan baku/dasar dari industri pengolahan produk fish
jelly seperti bakso, otak-otak, sosis, tempura dll.
Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan sebagai salah satu UPT. Ditjen P2HP terus melakukan ujicoba pemanfaatan bahan baku untuk surimi. Surimi dapat diperoleh dari ikan demersal karena berdaging putih dan mempunyai kemampuan pembentukan gel yang cukup baik, namun pada saat ini jenis ikan berdaging merah dan ikan air tawar-pun dapat dibuat surimi.
Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan sebagai salah satu UPT. Ditjen P2HP terus melakukan ujicoba pemanfaatan bahan baku untuk surimi. Surimi dapat diperoleh dari ikan demersal karena berdaging putih dan mempunyai kemampuan pembentukan gel yang cukup baik, namun pada saat ini jenis ikan berdaging merah dan ikan air tawar-pun dapat dibuat surimi.
Bahan dan Peralatan
a. Bahan Baku
- Kurisi
(N. nematophorus)
- Cunang-cunang
(C.talabon)
- Manyung
(A. thalassinus)
- Pisang-pisang
(Oreochromis sp.)
- Kuniran
(U. sulphureus)
- Gulamah
(P.amoyensis)
- Tiga
waja (Johnius dussmien)
- Beloso
(Saurida tumbil)
- Mata
besar (Priacanthus t.)
- Gabus
(Ophiocephalus sp.)
- Patin
(Pangasius sp.)
- Nila
Merah (Tilapia sp.)
- Tetelan
daging ikan
b. Peralatan
Secara manual
- Pisau
- Sendok
- Wadah
plastik kedap air / tray
- Alat
pengaduk
- Secara
mekanis
- Pengepres
hidrolik
- Meat
bone sepatator
- Tangki
pembilasan / leaching tank
- Penapis
/ strainer
- Mixer
/ binding machine
- Silent
cutter / food processor
Prosedur Pengolahan
a. Persiapan
Tahap ini meliputi
kegiatan penyiangan dan pencucian, ikan disiangi dengan cara membuang sisik, isi
perut dan kepala, kemudian untuk ikan berukuran besar difillet, dicuci bersih
dengan air dingin yang mengalir.
b. Pengambilan daging
Pengambilan daging
dilakukan secara manual dengan mengerok daging menggunakan sendok atau secara
mekanis dengan mesin meatbone separator.
c. Pembilasan (leaching)
Pembilasan bertujuan
menghilangkan lemak, darah, bau dan kotoran. Lumatan daging ikan dibilas
dengan larutan garam 0,2 - 0,3% pada suhu 5 - 10° C. perbandingan air dan ikan
yaitu 4 : 1. Pembilasan dilakukan 2 - 3 kali, masing-masing selama 15 menit.
Selama pembilasan secara manual terus dilakukan pengadukan. Secara mekanis
pembilasan menggunakan leaching tank atau tangki pembilasan
yang dapat diatur secara otomatis membilas hancur daging ikan.
d. Pengepresan
Pengepresan bertujuan
untuk menghilangkan air sehingga kadar air produk mencapai ± 80 - 82 %.
e. Penapisan (strainer)
Penapisan dengan
strainer bertujuan menghilangkan sisa-sisa sisik, serat-serat dan duri-duri
halus untuk mendapatkan mutu surimi yang baik.
f. Pencampuran
Penambahan gula 2 - 3%
dan sodium tripoliphospat(STPP) 0,2% berfungsi untuk mencegah
penurunan mutu selama proses penyimpanan.
g. Pembekuan
Surimi dikemas dalam
kemasan plastik dan dibekukan dengan pembekuan cepat sampai suhu pusat mencapai
-20ºC
Sumber: BBPPHP
Kontak: Jln. Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara 14440 Telp. (021) 6695586 – 6695516 Fax. (021) 6695593
Kontak: Jln. Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara 14440 Telp. (021) 6695586 – 6695516 Fax. (021) 6695593
Posting Komentar